Love is Bella



Cerita dimulai pada sebuah pesta dari keluarga kaya. Beberapa tamu undangan nampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Penari wanita berliak-liuk diatas podium dengan diiringi musik dari DJ yang berpengalaman. Dua penari hiphop, menampilkan aksi breakdance, headstand-nya. Para tamu membuat lingkaran besar mengerubungi kedua penari tersebut. Mereka nampak terkesima dan sangat menikmati acara itu.
          Sang pemilik rumah, berada dibar dengan beberapa botol anggur dimeja. Wajahnya kusut dan matanya terlihat pening. Mungkin karena minum terlalu banyak. Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari sudut pintu masuk. Bella George—anak dari pemilik rumah itu, melirik sekilas kearahnya. Bella berjalan dengan langkah gontai menuju kerumunan itu dan naas, pria misterius menyerang pergelangan tangan kirinya. Bella teriak kesakitan namun pria misterius itu berhasil kabur melewati pintu belakang. Samar-samar ia melihat bayangan seorang cowok datang menolong dan memapahnya.
          Bella telah sadar dan mendapati dirinya tengah berada disebuah sofa. Pesta dirumahnya, masih berjalan sebagaimana mestinya seolah tak memerdulikan keadaan sang pemilik rumah. Bella memandang sekitar, mencari sosok yang tadi ia ingat telah menolongnya, ia berjalan sempoyongan kearah bar. Dan, lagi-lagi ia malah memesan sebotol wine. Sesuatu nampak menetes dari tangannya, ia tak kuasa menahan perih. Tak lama, Bella pun ambruk dimeja bar karena kebanyakan minum.
          “Hey, ternyata lu disini? Sini gue obatin dulu luka lu.”
          “Lu siapa?”
          “Gapenting! Obatin dulu tuh luka lu.”
Cowok itu mengeluarkan kassa dan betadine serta kapas. Dengan lincah tangannya mengobati luka Bella. Bella memandang cowok itu sambil tiduran karena kepalanya masih terasa pusing. Sesaat sebelum cowok itu pergi, ia meletakkan sapu tangan dimeja bar yang bertuliskan, “Chand.” Segara ia ambil itu dan bergegas pergi kekamar meninggalkan pesta.

**

Bella pergi ke perpustakaan untuk meresensi novel. Masih dengan sapu tangan hijau digenggamannya, ia berjalan dengan ceria menuju perpustakaan sekolah. Sesampainya disana, ia lihat Kak Gio (seniornya) dengan seorang temannya membaca sebuah buku. Tumben, seorang Gio ke perpustakaan? Pikir Bella. Lalu ia mendekatinya dan mengobrol dengannya. Kulupakan sejenak tugas untuk mencari sebuah novel.
          “Dia siapa kak?” bisik Bella.
          “Chandra dek.”
Ternyata teman Kak Gio yang terlihat cool dan cuek itu bernama Chandra. Nama yang hampir mirip dengan seseorang yang menolongnya semalam. Gio menyuruh Bella untuk menghampiri Chand, namun ia menolak tegas. “Semalem dia dateng kepesta lu kan de? Doi udah lama suka sama lu tuh..” Bella tersentak mendengar pernyataan Gio. Diam-diam ia melirik kearah Chand yang tengah sibuk dengan bacaannya, tiba-tiba Chand menengok dan senyum kecil mengembang diwajahnya. Bella yang bingung langsung berpamitan dan benar-benar melupakan tugasnya untuk mencari novel.

**
          Beberapa bulan kemudian…
Bella duduk dibangku taman, ia memejamkan mata sambil mendengarkan musik dengan headphone. Dari kejauhan Chand berjalan kearah Bella dengan membawa sebotol softdrink kesukaan Bella. Bella bisa merasakan ada seseorang yang duduk didepannya. Ia buka matanya dan mendapati sebotol softdrink didepannya. Ia tatap Chand dengan datar. Chand tersenyum melihat kebiasaan Bella yang satu ini, sangat mirip dengan hobinya, yang tidur sambil mendengarkan musik dengan headphone.
          “Gue gapernah nyangka sebelumnya, bakal sedeket ini sama lu. Lu percaya ngga? Ada yang bilang, kalo cowok naksir cewek lebih dari 4 bulan, tandanya dia sayang sama cewek itu. Menurut lu gimana?”
          Bella tersentak mendengar pernyataan itu dari Chand. Dari sumber yang ia dengar, saat ini Chand tidak dekat dengan siapapun, kecuali Bella. Ya, Bella. Hanya Bella. Bella memandang Chand penuh arti. Memang, belum lama ini ia akrab dengan Chand dimanapun. Dan ia sangat nyaman berada disamping cowok cuek itu. Apa mungkin Bella mulai?
          “Ohya, malam itu lu kenapa sih? Gue yakin, lu bukan cewek yang kaya gitu. Lu lagi ada masalah? Kalo ada masalah, kenapa jalannya harus minum sih?!”
          “Lu bawel juga ya ternyata.. Luarnya aja diem+cool.”
          Chand melengos kesal, “Gausah bahas yang lain deh. Mau cerita atau engga?”
Bella teringat kejadian beberapa bulan lalu. Tanggal 8 Februari, tepat dimana ia genap berumur 17 tahun. Yang harusnya, itu adalah hari yang paling membahagiakan buatnya. Namun kenyataan tak memihak padanya saat itu. Tiga jam menjelang pesta ulang tahun Bella,  papa dan mama Bella bertengkar hebat. Selalu dan terus saja seperti itu, jika mereka dirumah. Bella yang mendengar teriakan mamanya serta bentakan papanya, sangat kesal dan marah. Teringat, saat berulang kali mamanya mengucap kata cerai, namun tak digubris oleh papa Bella. Hingga, pria misterius datang dan menyerang Bella dengan sebuah pisau lipat. Tetapi, 3 bulan setelah itu, Bella memutuskan untuk tinggal dirumah neneknya karena ia tak mau mempunyai keluarga yang broken home.
          Chand memahami psikis Bella dan ia menenangkan Bella. Mungkin ia juga sangat tersiksa dengan keadaan orangtuanya yang terus menerus bertengkar. Sampai-sampai, ulangtahun Bella yang harusnya berjalan riuh nampak seperti pesta biasa, yang tak berarti apapun. Dan sangat disayangkan, keadaan Bella yang sekarang justru membuatnya benci akan sosok papanya.

**
Bella, Chand dan Gio berada dikediaman Chand. Rumahnya cukup megah. Sama seperti rumah Bella (dulu). Bella memilih untuk menonton film, begitu melihat koleksi film Chand disebuah box. Aigoo, film kesukaannya: Terminator. Bella suka semua genre film, terutama action. Diputarnya film itu dan Chand pun pergi kedapur mengambil minuman kaleng untuk mereka.
          Saat pertengahan film, Gio mengeluh lapar. Dan akhirnya, Chand pergi kedapur memasak pasta untuk mereka. Bella yang tak mengetahui jika Chand bisa memasak, akhirnya menguntit Chand dari belakang.
          “Lu beneran bisa masak, Chand?”
          “Iya.”
Mulutku membuat sebuah huruf O besar karena kaget. Aigoo, seorang Chand bisa masak, sedangkan ia tidak..
          “Kenapa? Lu ngga bisa masak?”
          “Iya, hehe.”
          “Cewek yang bisa masak itu cantik. Makanya gue suka sama cewek yang bisa masak.”
Bella memanyunkan bibirnya, begitu mendengar ucapan Chand tadi. Chand yang meliriknya, hanya tersenyum kecil. Beberapa saat kemudian, Bella berhasil menghancurkan dapur Chand. Baru saja ia diajari masak oleh Chand, akhirnya ia tak takut lagi menginjakkan kaki ke dapur. Dan itu semua berkat Chand. “Bel, tolong ambilin piring dong.” pinta Chand. Bella bergegas mengambil piring ditempat yang diucapkan Chand. Bella mengalami kesulitan, tangannya tak bisa menjangkau terlalu tinggi.
PRANGGGG!
Bella terjatuh dipelukan Chand. Mereka saling berpandangan cukup lama. Terdengar teriakan Gio dari ruang tamu, namun suara itu tak mengubah pendirian keduanya, mereka masih tetap berpandangan. Langkah kaki Gio semakin dekat.
          “Ekhem!!!” mereka melihat Gio yang berdiri manis diujung dapur. Chand yang tersadar langsung bangkit dari lantai, namun..
          “Aww..” serpihan kaca piring mengenai jari tangannya.
          “Aduh, ribet deh. Sini gue aja yang bersihin sama nyiapin pastanya. Bella lu obatin tuh lukanya Chand.” Bella pun langsung memapah Chand keruang tamu.
Usai menyantap pasta, mereka melanjutkan menonton film kedua. Yakni, Ju-on. Salah satu scariest movie asal Jepang. Awalnya, Bella menolak menonton karena ia sudah pernah menonton film ini. Namun Gio menyuruh Bella untuk menontonnya sekali lagi (bersamanya dan Chand) dan menggoda Bella untuk tidak takut karena diantaranya ada 2 cowok ganteng. Bella mentoyor Gio sambil tertawa begitu juga Chand. Sebelum, film mulai, terdengar suara klakson mobil dari luar.
“Pasti bokap gue..”
“Bella-nya gimana nih?” Gio panik.
Bella bingung memandang keduanya. Chand dan Gio, ada apa mereka sebenarnya. Kenapa namaku disebut-sebut? ucap Bella dalam hatinya. Bella terhanyut akan pikirannya saat Chand dan Gio mencoba memikirkan sebuah alasan. Bunyi sepatu papa Chand semakin dekat.
“CHANDRA!”
Papa Chand muncul dari balik pintu dan menatap Chand tajam. Memandang kearah Gio dan Bella dengan sinis. Memarahi Chand yang berani membawa seorang teman wanitanya kerumah. Bella tertunduk begitu papa Chand melirik tajam kearahnya sambil memarahi Chand, seketika Bella mendekatkan diri pada Gio untuk berlindung dan tak ingin melihat Chand dan papanya yang sedang beradu mulut.
          “Pa, kenapa sih selalu ngga adil sama aku? Aku disini merasa kaya kacungnya papa, boneka yang papa gerakin saat papa perlu. Seolah aku ngga berdaya kalo tanpa papa disampingku. Pantes aja, mama (dulu) ninggalin papa demi oranglain.”
          PLAKKK!” sebuah tamparan mendarat diwajah Chand.
          “Papa tau siapa cewek ini? Keluarganya udah nyebapin kakakmu meninggal. Kamu harus ngerti Chand! Kamu harus tinggalin dia!”
          “Kak Melisa bukan pembunuh. Dia ngga membunuh Kak Adit. Kematian Kak Adit murni kecelakaan.”
          “Pa! Aku bilangin ya sekali lagi, aku berhak nentuin pilihanku. Aku benci diatur-atur sama papa. Aku sayang dia. Dan ngga ada satupun orang yang bisa nyegah, hubungan aku sama dia. Termasuk papa!” Chand menarik lenganku dan membawaku keluar dari rumahnya, meninggalkan Gio dan papanya diruang tamu.
Papa Chand menyuruh Gio pulang dan jangan ikut campur akan masalah itu. Lalu ia menelepon anak buahnya untuk mencari dan menemukan Chand. Bagaimanapun Chand harus pisah dengan cewek itu, pikir papa Chand.
Bella dan Chand berlari kesebuah taman. Merasa cukup aman, mereka beristirahat sejenak disana. Chand bilang, mereka harus tetap bersama karena pasti anak buah papanya akan terus mencari keberadaan mereka. Dan benar saja, mereka sekarang dikelilingi oleh 2 anak buah papanya yang siap membawa Chand pergi jauh dari Bella.
Chand memandangi mereka. Bella panic dan berlindung dibalik tubuh tegap Chand sambil mencengkram erat lengan Chand. Chand menendang seorang anak buah papanya hingga jatuh tersungkur akibat tendangan mautnya. Lalu mereka berdua berhasil kabur. Namun disuatu gang, mereka pisah. Dan Chand menyesali hal itu, kenapa ia tak menggenggam tangan Bella erat. Dipikirannya saat ini, anak buah papanya akan menghalalkan segala cara agar ia menyerahkan diri untuknya. Dan Bella? Aku harus menemukannya, sebelum mereka. Aku tak ingin Bella dipancing untuk membuatku keluar dan menyerahkan diri pada papa.
Bella tengah berada digang kecil dan ia masih dalam pengejaran anak buah papa Chand. Ia teringat dalam cerita disebuah film, jika ia menyerahkan diri pada anak buah papa Chand, maka ia dan Chand akan berada dalam bahaya. Bella tidak boleh sampai tertangkap oleh anak buah papa Chand. Ditengah persembunyiannya Bella menjumpai rumah kumuh yang kecil, lalu ia masuk kedalamnya.
“Chand?”
“Stt.. Jangan teriak. Kita aman disini. Untung, Allah temuin kita lagi.”
“Sebenarnya ada apa sih?”
“Stt… Ada derap kaki.”
Beruntunglah, derap kaki itu perlahan hilang. “Chand.” Bella spontan memeluk Chand, lalu berucap, “Takut.” ia mengeratkan pelukannya pada Chand. Lalu Chand melepas pelukan Bella dan memegang bahunya erat. Ia minta maaf karena telah meninggalkan Bella sendiri dan ia menyesal melepas genggaman tangannya dari Bella. Ia membuat Bella luluh.
          “Maafin aku udah buat kamu kaya gini. Maafin papa aku udah ngomong yang engga-engga tadi. Aku janji, ini yang terakhir. Kita harus tetap sama-sama. Aku sayang kamu.”
Tiba-tiba terdengar suara teriakan, “Chand! Keluar kamu. Papa tahu kamu didalam nak. Maafkan papa.” ucap papa Chand. Bella membujuk Chand supaya keluar dan menemui papanya, namun Chand menolak dengan tegas. Ia tahu apa yang ada dipikiran papanya. Handphone Chand bergetar, pesan masuk dari Gio.
          Gue sama polisi udah meluncur ke tempat itu. Tenang aja.. Sebentar lagi lu sama Bella selamat.
Ternyata, adanya Gio sangat membantu Chand. Rupanya, ia sudah tahu tentang seluk-beluk kejahatan yang dilakukan papa Chand. Ia akan segera ketempat kejadian untuk mengungkap sebuah kebenaran. Dan sebenarnya, Chand dan Bella adalah teman masa kecil dan pisah saat mereka berumur 7 tahun. Dan pria misterius yang menyerang Bella dimalam pestanya adalah orang suruhan papa Chand (namun Chand tidak mengetahui hal itu, hanya Gio yang tahu). Pria misterius itulah yang membunuh kakak Chand, yakni Aditya. Semua itu dilakukan karena papa Chand benci pada papa Bella, yang telah mengambil sahamnya diperusahaan lain.
Kembali kecerita, papa Chand dan kelima anak buahnya masih menunggu didepan rumah kumuh itu. Ia terus membujuk agar anaknya mau keluar dan kembali kerumah mereka. Bella yang mendengar itu, tidak tega dan memohon pada Chand untuk menemui papanya.
“Kamu kenapa maksa aku buat nemuin orang yang kubenci? Bukannya kamu juga benci sama papa kamu? Coba kamu jadi aku, atau coba papa kamu kaya papa aku, apa kamu sama bencinya kaya aku ke dia?”
Bella terdiam akan ucapan Chand. Ia tak tahu harus mengeluarkan kata-kata apa untuk membela dirinya. Ia tertunduk lesu. Chand menyadari bahwa ia telah membentak Bella dan segera meminta maaf. Tiba-tiba, pintu rumah itu terbuka dan Chand ditarik paksa oleh papanya, sedangkan Bella yang ingin menolong Chand malah ditahan oleh kedua anak buah papanya.
“Chand…..”
“Pa, lepasin Bella. Jangan sakitin Bella pa!”
“Diam kamu!!”
Dan tiba-tiba saja, “DOR.. DOR..DOR.” polisi menembakkan pistol keudara. Gio pergi menolong Chand yang dalam paksaan anak buah papanya. Papa Chand berhasil kabur menggunakan mobil pribadinya dan seorang supir setianya (pria misterius itu). Polisi menangkap kelima anak buah papa Chand dan sebagian polisi lagi mengejar papa Chand.
**
          2 bulan kemudian..
Papa Chand telah meringkuk dipenjara akan kasus kejahatannya begitu juga pria misterius itu. Chand menginjakkan kakinya dihalaman kantor polisi, ia baru saja mengunjungi papanya.
Disebuah cafe dekat kantor polisi, duduklah seorang pria tampan menunggu keberadaan seseorang. Ia duduk dengan mata terpejam sambil mendengarkan musik dengan headphonemya. Seorang wanita memasuki ujung pintu café dan mencari pria-nya.
“Heii..” sapa Bella.
“Bella?”
“Masih suka dengerin musik pake headphone sambil tidur?”
“Iya dong, itukan hobi kita.”
***END***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Titik Balik

Pengorbanan Shilla

Kopi Pahit