Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Epidemi

Pagi ini ditemani dengan segelas susu dan dua tangkap roti dengan selai cokelat, Arin merebahkan dirinya ke kursi leyeh sebelah meja belajar. Tangannya tak henti berselancar di ponsel dan sesekali tersenyum melihat entah siapa di sana. Jemarinya bergerilya bebas sambil menyesap udara minggu pagi yang cerah. Sesekali dia memikirkan ingin keluar dari rumah. Tak ingin tertahan lebih lama karena epidemi yang merebak ini. Hatinya gusar karena tidak bisa bertemu temannya dengan leluasa. Pikirannya telah penuh dengan isi dari buku novel yang ia baca, imajinya tak ayal ingin menjadikan drama yang baru saja ditontonnya menjadi nyata, khayalnya membludak ramai, penuh dengan segala kisah manis dan pahit yang belakangan ini dirasainya. Kami di Indonesia tengah berjuang bersama melawan epidemi yang beberapa bulan ini menghantui hampir seluruh negara di dunia. Negara yang tadinya kami pikir akan baik-baik saja karena kemungkinan epidemi ini tak akan masuk, ternyata kewalahan juga. Terhitung tangga

Random Thoughts

Hari itu, pulang kuliah, sebetulnya udah paham keadaan Anita bakal kayak gimana ke depannya. Roy juga udah tahu sikap dia secara keseluruhan, karena cowok itu emang dasarnya sejak sekolah suka mengamati sikap teman-temannya. Kebetulan Anita ini juga temen SMP dan bahkan pernah sekelas sama Roy. Jadi tabiat dan kepribadiannya udah tergambar sedikit. Dimana dulu Roy sempet dikejar sama Anita, karena saat itu Roy emang gak tertarik sama sekali sama dia dan segala sikap annoying-nya, Roy mutusin buat masang tembok gede sama cewek yang berlebihan dan suka tebar pesona sama cowok-cowok. Kira-kira maksud Roy, dia jaga jaraklah sama cewek yang begitu. Gak akan mau juga di deketin.  Tapi ya, memang si Roy ini dikenalnya orang yang berani deketin cewek. Deketin pake cara sendiri dulu gitu deh, kalau dirasa dia udah mentok, baru panggil temen akrabnya yang hebring dan lebih supel dari dia, then see, dia bisa deket sama cewek itu dalam sekejap. Tapi juga nih, belajar dari sikap Roy yang u

How to Know Urself?

Ketika itu, ritme hidup yang dulu gue jalani terasa pongah dan gak bergairah. Contohnya, kuliah harus linear dengan kejuruan di sekolah, kuliah harus di tempat bagus dan jurusan bagus. Saat itu kayaknya gue gak paham bagus yang mereka minta itu seperti apa. Gue harus masuk UI biar jadi terpandang? Gue harus masuk jurusan manajemen biar nanti cari kerja gampang ketika lulus kuliah? Gue gak boleh ambil jurusan semau gue, harus berdasarkan pengalaman orang? Hari hari kuliah gue di semester awal rasanya berat kalau gue harus memangku dan memikul keinginan mereka. Mereka yang gak tau gue maunya apa sebenarnya, meraka yang tiap pulang malem, yang gue bingungin, gue harus nungguin mereka atau langsung tidur. Tapi kalau langsung tidur, gue makin gak deket sama mereka. Sampe rasanya gue kepayahan untuk cari tempat yang bisa gue curahkan demi mendapat perhatian dan/atau minimal basa basi. Gue cari kesana kemari sampai singgah di tempat yang salah, mendapat perhatian, awalnya, tapi setela