Tinggal Kenangan
Dengan mudahnya, kau mendatangi ku lagi. Untuk kesekian kalinya, dalam hari-hariku yang tenang dan damai, tanpamu. Kau kembali, menjadi sosok yang manis, ramah juga baik, seperti saat pertama kita bertemu. Kata-kata manis itu sangat menjanjikan, seolah, harapan masih bisa kugenggam. Namun ternyata, lagi dan lagi, kau kembali mencoreng luka, disudut hati ini. Mengusik hari-hariku dengan rajinnya. Memaksaku untuk kembali menyentuh kenangan, juga mengajariku untuk mengais-ngais masalalu, yang seharusnya telah ku simpan rapi dalam angan. Kau selalu berpura-pura dalam topengmu. Bersikap manis dengan kata-kata yang menjanjikan. Mungkin salahku, yang dengan mudahnya percaya akan semua ucapanmu. Kau adalah sosok yang tak ku mengerti, bagaimana akhirnya hati ini memilihmu. Aku telah dibutakan oleh rasaku sendiri. Aku, buta karenamu. “Haii.” sapa Randy, dengan manisnya. Jujur, ...