Cemas II

Sore temen-temen,.

Udah dua hari lebih semenjak aku berantem dengan diriku sendiri dan pacarku. Sekarang aku kembali lagi. Balik lagi membagikan semuanya. Semua yang kurasa masih harus disusun lagi karena puzzle kehidupan belum selesai. Aku masih harus menyelesaikan urusanku, demikian juga dia.

Jujur, sedikit demi sedikit aku masih penasaran apa yang membuat pikiranku sedemikian sakit kalau inget kalimat lalu yang dia ucapkan. Tapi berulang kali gua yakini diriku bahwa itu hanya dendam tak berkesudahan. Maksudku, aku harus damai dengan diri sendiri atas semua kepanikan yang bersumber dariku yang malah berdampak tidak baik ke orang sekitarku.

Sekarang aku lagi belajar kearah sana. Belajar menata diri lagi supaya pantas, supaya dewasa, supaya bisa lebih bahagia dengan diri sendiri. Makin bahagia dengan pilihan dan ketetapan. Aku sadar mau menjadi sempurna itu gak gampang. Gak mudah. Tapi tiap orang mengidolakan 'sempurna' mereka meski gak tau harus jumpai sempurna itu dimana. Dan pada faktanya, mereka mencari sempurna.

Demi tuhan temen-temen, kalau kamu mencari itu gak akan pernah temu. Gak akan pernah berujung. Kalian akan panik dengan kecemasan, kepanikan dan keraguan semakin menumpuk. Pada masa ini, masalah harus ditilik dari kesederhanaan. Saya yakin itu akan membuahkan hal baik. Selama ini kita hanya terlalu merumitkannya. Membawa mereka mengendap di otak dan pikiran lama-lama. Hingga gak sadar kalau itu udah menjamur dan harus dimusnahin, dikeluarin, dikeletekin pelan-pelan.

Jangan dipendam.

Aku mencoba kearah sana. Aku belajar dan masih dalam tahap belajar mencerna semua bahwa kita tidak bisa menuntut sempurna. Kita harus sadar bahwa ini bisa saja salah, bisa saja benar. Aku mencoba positif mungkin atas semua kelemahanku atas semua yang terjadi. Toh, lagi-lagi kita harus berpegang pada Tuhan.

Tuhan yang punya rencana atas rasa. Tuhan yang punya 'hadiah' atas usaha. Tuhan yang menjalankan semuanya. Kita hanya hidup di dalamnya dan mencoba lebih baik ke depannya

Seperti yang sedang kulakukan untuk hidupku dan orang-orang yang mengisinya. Semoga mereka mau sama-sama belajar. Sama-sama menyesuaikan tanpa saling pengertian.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Titik Balik

Pengorbanan Shilla

Kopi Pahit